Mari Berfikir Secara Positif

Beberapa waktu yang lalu seorang kawan saya mengikuti tes pegawai di sebuah instansi. Setelah melalui serangkaian tes bertahap, sampailah ia pada tahap wawancara. Segala hal dipersiapkan secara matang agar tes tahap akhir ini sukses. Dia akhirnya memang optimis bisa melalui tes wawancara dengan baik. Tapi setelah pengumuman kelulusan dipasang, ternyata namanya tidak tercantum. Jika menuruti emosi, tentulah dia shock menghadapi kenyataan itu, apalagi setelah melihat nama yang terpampang adalah rival yang dalam tes-tes sebelumnya nilainya selalu di bawahnya. Selidik punya selidik, ternyata sang rival masih kerabat dekat dengan bos yang memimpin instansi tersebut. Agar tidak stress maka ia berusaha menenangkan hati dengan berpositive thinking bahwa barangkali pekerjaan itu belum rezekinya. Atau seandainya diterima pun ia akan merasa kurang nyaman karena bekerja di lingkungan yang masih kental KKN-nya. Ia yakin akan keadilan Allah, dan ia yakin bahwa suatu saat Allah akan memberikan kepadanya pekerjaan yang lebih baik. Kisah ini sekiranya bisa menggambarkan bagaimana dia mampu menentukan pilihan, sikap dan reaksi atas kejadian yang menimpa dirinya. Kemampuan mengendalikan hati dan pikiran. Meskipun secara fisik ia kalah, namun sesungguhnya ialah pemenang yang sejati. Sebab pemenang sejati bukanlah seorang yang menghalalkan segala cara untuk meraih sesuatu. Melainkan orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya sendiri untuk melakukan sesuatu sesuai prosedurnya. Ia mampu menghandle dirinya sendiri saat tahu ternyata ia gagal secara tidak fair. Handle itu berupa suara hati yang menyuruhnya mengembalikan seluruh permasalahan kepada Allah. Karena segalanya dikembalikan kepada-Nya maka beban pikiran yang dapat membuatnya stress menjadi hilang. Ia memiliki hati yang ramah terhadap kegagalan. Banyak orang sukses yang memulai kesuksesannya dari kegagalan. Itulah sebabnya ada kata bijak bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda. Sebab keramahannya terhadap kegagalan itu suatu saat akan membuatnya melakukan hal yang bertentangan dengan kegagalan dan itulah jalan kesuksesan. Hidup kita memang tidak pernah lepas dari masalah. Tapi segala masalah itu ada solusinya. Baik buruknya pemecahan masalah tersebut tergantung dari kekuatan mana yang kita pilih. Positive thinking yang (menurut istilah sahabat saya Ary Ginanjar) akan membawa kita kepada jalan fitrah, atau negative thinking yang akan membawa kita kepada jalan non fitrah. Jalan fitrah membimbing ke arah tindakan positif. Sedangkan jalan non fitrah cenderung menyesatkan dan merugikan. Jalan fitrah, didefinisikan oleh sahabat Ary Ginanjar sebagai suatu tindakan yang dibimbing oleh suara hati. Suara hati ini berasal dari God Spot. Ini sesuai dengan pendapat Jalaluddin Rumi, Danah Zohar, Ian Marshall, V.S. Ramachandran. Atau hasil riset syaraf Austria, Wolf Singer. Mereka pakar di bidang SQ. Sederhananya adalah firman Allah berikut: “(Allah) mengilhami (sukma) kejahatan dan kebaikan. Sungguh, bahagialah siapa yang menyucikannya. Dan rugilah siapa yang mencemarkannya.” (Q.S. asy-Syams ayat 8-10) Adapun jalan non fitrah adalah tindakan yang dipengaruhi oleh hawa nafsu sebagai sumber bagi segala keburukan dan kejahatan (al-Ghazali, 1058-1111). Musuh terbesar manusia tentu saja hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Itulah sebabnya jangan sampai manusia tidak tegas terhadap dirinya sendiri. Jika tidak, maka ia akan melanggar yang seharusnya sehingga hidupnya akan keluar dari yang semestinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesehatan Lingkungan